Minggu, 12 Agustus 2012

Ralat Hadits Imsak

“Kami bersahur bersama Nabi s.a.w. kemudian kami bangun pergi sembahyang, perawi bertanya:” Berapakah jarak diantara bersahur kamu dengan solat? Zaid menjawab: lebih kurang lima puluh ayat” (Riwayat Bukhari dan Muslim).

* Lima puluh ayat adalah sebelum solat, bukannya sebelum azan. Mari kita sama-sama teliti dan perincikan semula hujah-hujah tentang/berkenaan waktu sahur yang sebenar berdasarkan hadis-hadis dan fatwa para ulama yang dibawakan.

Nasruddin al-Albani rahimahullah dan para ulama generasi awal berfatwa bahawa imsak adalah perbuatan bid’ah (perbuatan yang diada-adakan di dalam agama). Baginda bersabda:


اِذَا سَمِعَ اَحَدُكُمْ النِّدَاءَ ، وَاْلإِنَاءُ عَلَى يَدِهِ ، فَلاَ يَضَعَهُ حَتَّى يَقْضِيَ حَاجَتَهُ.
“Jika salah seorang kamu mendengar azan sedangkan ia masih memegang sepinggan makanan, maka janganlah ia meletakkannya sehingga ia menyelesaikan hajatnya”. (H/R Ahmad 2/423. Abu Daud 1/149. Ibn Jarir dalam tafsirnya 3/529. Hakim 1/426. Baihaqi 4/218. Dan diriwayatkan oleh selain mereka. Lihat: Fawaid al-Muntaqa. 1/2 Abu Muhammad al-Jauhari)

Riwayat dari beberapa jalan, dari Hammad bin Salamah, dari Muhammad bin Amr dari Abu Salamah dari Abu Hurairah ia berkata:

“Rasulullah bersabda: Abu Hurairah menyebutkan hadis: Jika salah seorang kamu mendengar azan sedangkan ia masih memegang sepinggan makanan janganlah ia meninggalkan makanannya sehingga menyelesaikan makanannya”. (Menurut Hakim, hadis ini sahih berdasarkan syarat Muslim. Disepakati oleh az-Zahabi. Hadis hasan)

Dalam riwayat Abu Hurairah radiallahu ‘anhu:


وَكَانَ يُؤَذِّنُ الْمُؤَذِّنُ اِذَا بَزَغَ الْفَجْرُ
“Dahulu muazin mengumandangkan azan setelah terbit fajar”. (H/R Ahmad 1/510. Ibn Jarir dan al-Baihaqi)

Menurut al-Albani rahimahullah: Isnad hadis ini sahih berdasarkan syarat Muslim. Hadis ini mempunyai syawahid, iaitu:

Hadis mursal yang diriwayatkan oleh Hammad dari jalan Yunus dari Hasan dari Nabi sallallahu ‘alaihi wa-sallam, kemudian menyebutkan hadis di atas yang dikeluarkan oleh Ahmad 2/423.

2. Hadis mursal diriwayatkan dari al-Husin bin Waqid dari Abu Umamah ia berkata:


اُقِيْمَتِ الصَّلاَةُ وَاْلاِنَاءُ فِى يَدِ عُمَرَ قَالَ: اَشْرَبُهَا يَا رَسُوْلَ الله قَالَ: نُعَمْ فَشَرِبَهَا
“Diketika iqamah, Umar memegang segelas air, beliau bertanya kepada Rasulullah: Apakah masih boleh minum wahai Rasulullah? Jawab baginda: Ya, minumlah! Kemudian ia minum” (Ibn Jarir 3/527/3017. Melalui dua sanad darinya)

Telah diriwayatkan dari Ibnu Lahi’ah dari Abu Zubir ia berkata:

“Aku bertanya kepada Jabir tentang seorang bermaksud berpuasa masih memegang air untuk diminum, kemudian mendengar azan. Jabir menjawab: Kami pernah mengatakan hal seperti ini kepada Rasulullah, baginda bersabda: Hendaklah ia minum”. (H/R Ahm,ad. 3/348. Beliau berkata: Telah meriwayatkan kepada kami Musa ia berkata: Telah meriwayatkan kepada kami Ibnu Lahi’ah)

Al-Albani rahimahullah berkata: Isnad hadis ini tidak mengapa (diterima untuk penguat hadis). Al-Walid bin Muslim juga meriwayatkan hadis ini dari Ibnu Lahi’ah. Dikeluarkan oleh Abu al-Husin al-Kilabi dalam Nuskah Abu Al-Abbas Tahir bin Muhammad. Para perawi hadis ini tsiqah, termasuk perawi Imam Muslim kecuali Ibnu Lahi’ah. Al-Haithami dalam al-Majma’ 3/153 diriwayatkan oleh Ahmad isnadnya hasan.

Dikeluarkan oleh Ishaq dari Abdullah bin Mu’aqal dari Bilal:

“Aku mendatangi Nabi untuk azan Subuh, padahal baginda akan berpuasa, kemudian baginda meminta segelas air untuk diminum, setelah itu baginda mengajak aku untuk minum sama (sedangkan sudah masuk azan subuh), dan kami keluar untuk solat subuh”. (Dikeluarkan oleh Ibn Jarir. 3028 dan 3019. Ahmad 2/12 dan para perawinya tsiqah dan merupakan para perawi Bukhari dan Muslim)

Muthi’ bin Rasyid meriwayatkan:

“Menceritakan kepada kami Taubah al-Ambari, dia mendengar Anas bin Malik berkata: Rasulullah bersabda: Lihatlah siapa berada di masjid, pergilah, di sana aku dapati Abu Bakar dan Umar. Aku memanggil mereka, aku bawakan makanan, aku letakkan di depan beliau, beliau makan bersama mereka (sedangkan sudah azan subuh), setelah itu keluar, kemudian Rasulullah saw bersolat bersama mereka iaitu solat subuh. (Dikeluarkan oleh al-Bazzar 993 dalam Kasyful Astar dab Ibn Hajar berkata dalam az-Zawaid hlm. 106 bahawa Isnadnya hasan. Al-Albani berkata Al-Haitami berkata seperti Ibn Hajar dalam al-Majmak. 3/152)

Qais bin Rabi’ meriwayatkan dari Zuhri bin Abi Tasbit al-A’ma dari Tamim bin ‘Ayyad dari ibnu Umar ia berkata:

“Alqamah bin Al-‘Ash pernah bersama Rasulullah, datang bilal untuk azan, kemudian Rasulullah bersabda: Tunggu sebentar wahai Bilal, Alqamah sedang makan sahur!”

Dikeluarkan oleh At-Tayalisi 885 dan At-Tabrani dalam al-Kabir. Lihat: Majma’ 3/153. Al-Albani berkata: Hadis Qais hasan jika ada syawahidnya, namun kerana Qais sendiri jujur (suduq), dia meriwayatkan hadis sesuai dengan perawi-perawi siqah lainnya hadisnya dapat dipakai.

Apabila mau jelas silhkan klik link atau tautan ini http://fiqh-sunnah.blogspot.com


Bazar SMK Muhammadiyah 1 Ajibarang "Semanngat Amaliyah dibulan ramadhan"

Sabtu (11/08/2012) kemarin telah terselenggara adanya bazar yang langsung di pelopori oleh OSIS dan di setujui oleh Kepala sekolah. acara bazar ini merupakan agenda tahuanan yang selalu dilaksanakan di SMK Muhammadiyah 1 Ajibarang, ujar Kepala Sekolah "Khanifuddin S.Ag. dalam acara bazar selain mempersembahkan sembako murah, pakaian layak pakai, dan berbagai kegiatan siswa juga sekaligus pembagian zakat fitrah kepada warga SMK Ajibarang tersebut. acara bazar tersebut juga terleksana dengan meriah, dengan diiringi hiburan serta lomba anak-anak SMK M 1 Ajb : diantaranya : Seni Musik (band), karaoke Islami, fashion show (peragaan busana), lomba pidato bahasa inggris, referensi buku, dan mading. bersama terlaksananya bazar ini, KAMI (TIM PPL dan KKN terpadu Universitas Muhammadiyah Purwokerto) juga membantu terlaksannya kegiatan bazar tersebut. mudah-mudahan ini menjadi amal dan kesempatan baik untuk keluarga SMK M 1 AJB dan menjadi do'a yang baik warga SMK M 1 Ajb terhadap kegiatan tersebut.

Sabtu, 14 Juli 2012



KEBAKHILAN

KAJIAN DALAM SURAT ALI-IMRAN AYAT 180-181



 











Makalah ini di susun guna memenuhi tugas mata kuliah  Tafsir 1,2
Dosen Pengampu : Drs. H. Syufa’at, M.Ag.

Disusun oleh :
Judin 
0906010034




FAKULTAS AGAMA ISLAM
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2011



KEBAKHILAN

KAJIAN DALAM SURAT ALI-IMRAN AYAT 180-181


A.    Pendahuluan
Dua ayat dibawah ini Allah menggugah agar mengorbankan harta benda; yang merupakan belahan dari ruh. Untuk itu, dia menuturkan tentang berbagai macam ancaman keras terhadap orang yang bakhil di jalan Allah. Kemudian memberikan bimbingan bahwa harta benda hanyalah bayangan fatamorgana, sedangkan umur manusia sangatlah pendek. Bahkan, orang-orang yang saling mewarisi pun pasti akan mati, yang pada akhirnya kerajaan bumi dan langit ini hanyalah milik Allah semata.
Kemudian Allah menuturkan perkataan orang-orang Yahudi, dan Allah membantah perkataan mereka yang bohong itu. Kemudian Allah menghibur rasulNya dan menjelaskan kepadanya bahwa ketidakpercayaan orang-orang Yahudi kepadamu bukan suatu hal yang baru lagi bagi mereka. Bahkan sebelumnya mereka melakukan hal yang sama terhadap nabi-nabi terdahulu.
B.    Gambaran Umum Teks
Ÿwur ¨ûtù|¡øts tûïÏ%©!$# tbqè=yö7tƒ !$yJÎ/ ãNßg9s?#uä ª!$# `ÏB ¾Ï&Î#ôÒsù uqèd #ZŽöyz Nçl°; ( ö@t/ uqèd @ŽŸ° öNçl°; ( tbqè%§qsÜãy $tB (#qè=σr2 ¾ÏmÎ/ tPöqtƒ ÏpyJ»uŠÉ)ø9$# 3 ¬!ur ß^ºuŽÏB ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur 3 ª!$#ur $oÿÏ3 tbqè=yJ÷ès? ׎Î6yz ÇÊÑÉÈ ôs)©9 yìÏJy ª!$# tAöqs% šúïÏ%©!$# (#þqä9$s% ¨bÎ) ©!$# ׎É)sù ß`øtwUur âä!$uÏZøîr& ¢ Ü=çGõ3oYy $tB (#qä9$s% ãNßgn=÷Fs%ur uä!$uŠÎ;/RF{$# ÎŽötóÎ/ 9d,ym ãAqà)tRur (#qè%rèŒ šU#xtã È,ƒÍyÛø9$# ÇÊÑÊÈ
“Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
“Sesungguhnya Allah Telah mendengar perkatan orang-orang yang mengatakan: "Sesunguhnya Allah miskin dan kami kaya". kami akan mencatat perkataan mereka itu dan perbuatan mereka membunuh nabi-nabi tanpa alasan yang benar, dan kami akan mengatakan (kepada mereka): "Rasakanlah olehmu azab yang mem bakar". (Q.S. Ali-Imran :180-181)
     
C.    Latar Belakang Turunnya Ayat (Asbabun Nuzul)
Pada waktu itu dikalangan kaum muslimin masih banyak yang tidak mau membayar zakat, dan apabila budak mereka menuntut hak selalu saja tidak dipenuhi. Bahkan orang-orang Yahudi dan Nasrani yang memiliki kitab Taurat dan Injil tidak mau mengajarkan dan menyebarluaskan isi kandungannya, lantaran mereka takut kehilangan wibawa dan pengaruh di mata manusia. Sebab dalam kitab itu diterangkan tentang kerasulan Muhammad SAW. Sehubungan dengan keadaan yang seperti itu Allah SWT menurunkan ayat ke-180 sebagai teguran, sindiran dan ancaman bagi mereka yang berbuat bakhil terhadap sesuatu yang dimiliki, baik ilmu maupun harta kekayaan.
                                                             (HR. Ibnu Jarir dari Aufi dari Ibnu Abbas).
Pada suatu waktu Abu Bakar Shiddik masuk ketempat pendidikan orang-orang Yahudi di mana dipelajari kitab Taurat. Ketika itu orang-orang Yahudi sedang mengelilingi Fanhas, salah seorang ulama mereka. Fanhas berkata kepada Abu Bakar: “Demi Allah, wahai Abu Bakar. Sesungguhnya kami tidak membutuhkan sesuatu dari Allah, dan Allah-lah yang membutuhkan kami. Sekiranya Allah kaya, tentu tidak akan meminjam apa-apa dari kami sebagaimana yang dikemukakan oleh sahabatmu Muhammad bin Abdillah”. Yaitu sebagaimana yang ditegaskan dalam surat al-Baqarah ayat ke-245. Mendengar ejekan yang seperti itu Abu Bakar marah dan memukul muka pendeta Yahudi itu. Fanhas merasa dihina dan tidak rela dipukul oleh Abu Bakar, maka dia mengadu kepada Rasulallah seraya mengatakan: “Wahai Muhammad, lihatlah apa yang dilakukan sahabatmu ini kepadaku!”. Kemudian Rasulullah SAW menanyakan kepada Abu Bakar: “Wahai Abu Bakar, mengapa kamu berbuat seperti itu?”. Jawabnya: “ketahuilah wahai Rasulullah, Fanhas telah mengatakan suatu perkataan yang sangat besar dosanya, yaitu menganggap Allah SWT fakir, dan mereka tidak butuh kepada Allah, bahkan Allah-lah yang membutuhkan mereka”. Mendengar jawaban Abu Bakar itu Fanhas memungkirinya dan mendustakan kata-kata Abu Bakar. Sehubungan dengan peristiwa itu Allah SWT menurunkan ayat ke-181 sebagai ketegasan terhadap sifat dan watak kpribadian orang-orang Yahudi yang sangat keji. Mereka besar mulut, berani ngomong tidak bertanggung jawab.
                                                      (HR. Ibnu Ishak dan Ibnu Abi Hatim dari Ibnu Abbas).


D.      Analisis bahasa
ﻴﺤﺴﺒﻦ = mengira                                                    ﺗﻌﻤﻠﻮﻦ  = mengetahui
ﻳﺒﺧﻠﻮﻦ = orang-orang Bakhil                                  ﺳﻤﻊ = mendengar
ﻔﻀﻠﻪ = karunia-Nya                                               ﻔﻗﻴﺮ = miskin
ﺧﻳﺮﺍ = baik                                                             ﺍﻏﻨﻴﺎء = kaya
ﺷﺮ = buruk                                                                        ﺴﻧﻛﺘﺐ = kami akan mencatat
ﺴﻴﻃﻮﻗﻮﻦ  = akan dikalungkan dilehernya              ﻮﻗﺘﻠﻫﻢ = mereka membunuh
ﻴﻮﻢ ﺍﻠﻗﻴﻤﺔ = hari kiamat                                           ﺍﻻﻨﺑﻴﺎء   = para Nabi    
ﻤﻴﺭﺚ = warisan                                                       ﺤﻕ = yang benar
ﺍﻟﺴﻤﻮﺖ = langit                                                      ﺫﻮﻘﻮﺍ = rasakanlah !
 ﻮﺍﻻﺭﺾ= dan bumi                                                            ﺍﻟﺤﺭﻴﻖ = yang membakar
E.    Analisis Kata-kata Kunci
ﻮﻻﻴﺤﺴﺒﻦ ﺍﻠﻧﻴﻦ ﻳﺒﺧﻠﻮﻦ = sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan hartanya.
ﻤﺎﺍﺗﻫﻢﺍﷲ = harta benda, ilmu dan kedudukan yang telah diberikan Allah kepada mereka
ﺒﻞ ﻫﻮ ﺷﺮ ﻟﻫﻢ = bahkan hal itu (kebakhilan) merupakan keburukan besar bagi mereka. Pada ayat pertama, Allah meniadakan bahwa hal itu sebagai kebaikan. Sedangkan dalam ayat ini dia menetapkan bahwa justru hal itulah suatu keburukan yang nyata. Sebab orang yang mencegah barang yang hak didasarkan dugaannya bahwa hal itu merupakan kebaikan baginya. Karena hartanya tetap utuh ditangannya, dan ia dapat memanfaatkan dan menikmatinya, bahkan dapat memberi segala keperluannya disamping dapat menolak segala penyakit atau kecelakaan yang menimpa dirinya.
ﺴﻴﻃﻮﻗﻮﻦ ﻤﺎﺑﺨﻟﻮﺍ = harta yang mereka bakhilkan itu akan di kalungkan kelak.
ﻤﻴﺭﺚﺍﻟﺴﻤﻮﺖ ﻮﺍﻻﺭﺾ = harta benda dan lain-lainnya yang diwariskan oleh penduduk langit dan bumi diantara sesamanya.
ﺴﻧﻛﺘﺐ ﻤﺎ ﻗﺎﻠﻮﺍ = kami pasti mengazabnya dan tidak akan melalaikannya.
ﻮﻨﻘﻮﻟﻮﺍ ﺫﻮﻘﻮﺍ ﻋﺫﺍﺐﺍﻟﺤﺭﻴﻖ =  asal lafadz az-zauq, artinya adanya makanan didalam mulut (mencicipinya), kemudian dipakai sebagai kata kiasan untuk pengertian mencicipi sesuatu dengan melibatkan semua indera. Al-Hariq, artinya siksaan yang panas membakar dan menyakitkan. Azabul Hariq, artinya siksaan yang membakar. Jadi kesimpulannya ialah, kami akan membalas mereka dengan siksaan yang membakar.

F.     Munasabah Baina Al-Surat wa Al-Ayat
Munasabah dengan surat An-nisa ayat 37, inilah bunyi suratnya :
  tûïÏ%©!$# tbqè=yö7tƒ tbrâßDù'tƒur šZ$¨Y9$# È@÷ç7ø9$$Î/ šcqßJçFò6tƒur !$tB ãNßg9s?#uä ª!$# `ÏB ¾Ï&Î#ôÒsù 3 $tRôtFôãr&ur tûï̍Ïÿ»x6ù=Ï9 $\/#xtã $YYÎgB ÇÌÐÈ
37. (yaitu) orang-orang yang kikir, dan menyuruh orang lain berbuat kikir, dan menyembunyikan karunia Allah yang Telah diberikan-Nya kepada mereka. dan kami Telah menyediakan untuk orang-orang kafir[296] siksa yang menghinakan.
[296]  maksudnya kafir terhadap nikmat Allah, ialah Karena kikir, menyuruh orang lain berbuat kikir. menyembunyikan karunia Allah berarti tidak mensyukuri nikmat Allah.
Dan dengan surat Muhammad ayat 38, tersebut dibawah bunyinya:
óOçFRr'¯»yd ÏäIwàs¯»yd šcöqtãôè? (#qà)ÏÿZçFÏ9 Îû È@Î6y «!$# Nà6YÏJsù `¨B ã@yö7tƒ ( `tBur ö@yö6tƒ $yJ¯RÎ*sù ã@yö7tƒ `tã ¾ÏmÅ¡øÿ¯R 4 ª!$#ur ÓÍ_tóø9$# ÞOçFRr&ur âä!#ts)àÿø9$# 4 cÎ)ur (#öq©9uqtGs? öAÏö7tFó¡o $·Böqs% öNä.uŽöxî ¢OèO Ÿw (#þqçRqä3tƒ /ä3n=»sVøBr& ÇÌÑÈ
“Ingatlah, kamu Ini orang-orang yang diajak untuk menafkahkan (hartamu) pada jalan Allah. Maka di antara kamu ada yang kikir, dan siapa yang kikir Sesungguhnya dia hanyalah kikir terhadap dirinya sendiri. dan Allah-lah yang Maha Kaya sedangkan kamulah orang-orang yang berkehendak (kepada-Nya); dan jika kamu berpaling niscaya dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain; dan mereka tidak akan seperti kamu ini.
Ayat ini sebagai bantahan terhadap suatu kaum yang menyatakan bahwa Allah kikir dan miskin yaitu dalam surat Ali-Imran ayat 181.
Dan pada surat Al-Hadid ayat 24:
tûïÏ%©!$# šcqè=yö7tƒ tbrâßDù'tƒur }¨$¨Z9$# È@÷ç7ø9$$Î/ 3 `tBur ¤AuqtGtƒ ¨bÎ*sù ©!$# uqèd ÓÍ_tóø9$# ߊÏJptø:$# ÇËÍÈ
24.  (yaitu) orang-orang yang kikir dan menyuruh manusia berbuat kikir. dan barangsiapa yang berpaling (dari perintah-perintah Allah) Maka Sesungguhnya Allah Dia-lah yang
Maha Kaya lagi Maha Terpuji.


Dan pada surat Al-Lail ayat 8:
$¨Br&ur .`tB Ÿ@σr2 4Óo_øótGó$#ur ÇÑÈ
8.  Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup[1580],

[1580]  yang dimaksud dengan merasa dirinya cukup ialah tidak memerlukan lagi pertolongan Allah dan tidak bertakwa kepada-Nya.
Pada surat At-Taubah ayat 76:
!$£Jn=sù Oßg9s?#uä `ÏiB ¾Ï&Î#ôÒsù (#qè=σr2 ¾ÏmÎ/ (#q©9uqs?ur Nèd¨r šcqàÊ̍÷èB ÇÐÏÈ
“Maka setelah Allah memberikan kepada mereka sebahagian dari karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu, dan berpaling, dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran)”.
Pada surat Al-Baqarah ayat 245

`¨B #sŒ Ï%©!$# ÞÚ̍ø)ム©!$# $·Êös% $YZ|¡ym ¼çmxÿÏ軟ÒãŠsù ÿ¼ã&s! $]ù$yèôÊr& ZouŽÏWŸ2 4 ª!$#ur âÙÎ6ø)tƒ äÝ+Áö6tƒur ÏmøŠs9Î)ur šcqãèy_öè? ÇËÍÎÈ
“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), Maka Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan”.
            Di turunkan oleh Alloh SWT orang-orang Yahudi datang menghadap kepada Rasulullah SAW berkata: “Wahai Muhammad, adakah Tuhanmu itu miskin, sehingga meminta sesuatu kepada hambanya?”. Kata-kata mereka yang tidak sopan ini telah melatar belakangi turunnya ayat ke-181, yaitu sebagai bantahan terhadap anggapan dan kata mereka. Allah SWT mengancam mereka untuk dimasukan kedalam siksa yang sangat memedihkan.
G.   Kandungan Makna dan Hikmah

180. Ayat ini merupakan larangan langsung dari Allah Ta’ala untuk bersifat bakhil atau pelit (Bakhil itu luas lingkupnya. Tidak hanya pada harta saja. Bisa juga pada ilmu. Bila ada yang bertanya kepada kita tentang suatu ilmu dan kita tahu mengetahuinya, jangan sekali-kali kita sembunyikan ilmu yang kita punyai. Sebab Allah juga telah mempersiapkan siksa bagi orang yang menyembunyikan ilmu.
من سئل عن علم تعلمه فكلمه الجم يوم القيامة بلحام من نار                                                                                 
Artinya:
“Barangsiapa yang ditanya tentang suatu ilmu yang dia ketahui, lalu dia menyembunyikannya, dia akan dibelenggu dengan belenggu dari api besok di hari kiamat”. (Syarhus sunnah, juz. 1, hlm. 44: hadits hasan)
Tetapi tentu saja ilmu di sini adalah ilmu yang bermanfaat. Referensi di tambahkan sebagai penguat dan penjelas asbabun nuzul yang di riwayatkan oleh Ibnu Jarir dari Aufi dari Ibnu Abbas) kepada orang lain. Secara tegas Allah berkalam bahwa apa yang punya adalah pemberian dari Allah Ta’ala. Sehingga tidak ada alasan untuk tidak menginfakkan apa yang Allah berikan atau tidak mengeluarkan kewajiban zakat sebagaimana yang Allah tetapkan.
Di dalam ayat ini ( surat Ali-imran : 180) Allah juga menerangkan bahwa akibat dari sifat bakhil juga akan kembali kepada orang yang bakhil itu sendiri. Akibat sifat bakhil besok di hari kiamat adalah apa yang dibakhilkan tadi akan dikalungkan ke leher mereka. Hal itu adalah sebuah siksaan yang akan membuat menderita orang yang bakhil. Tidak ada alasan bagi manusia untuk berbuat bakhil karena hanya milik Allah-lah segala sesuatu yang ada di langit dan bumi. Termasuk apa yang kita semua miliki, pada hakikatnya adalah hanya milik Allah saja.
Ayat ini ditutup dengan pemberitahuan dari Allah Ta’ala bahwa Dia tahu segala hal yang kita kerjakan. Dhahir ayat ini memang pemberitahuan. Tetapi sebenarnya memiliki makna ancaman yaitu karena Allah tahu apa yang kita kerjakan, maka jangan sekali-kali melakukan kemaksiatan termasuk melakukan kebakhilan.

181.  Di dalam ayat ini, Allah Ta’ala memberitahukan kepada hamba-hamba-Nya tentang salah satu perbuatan orang yang bakhil. Diantaranya adalah orang –orang yang mengatakan bahwa Allah itu fakir dan mereka mengaku mereka-lah yang kaya. Mereka mengatakan demikian karena Allah Ta’ala menurunkan ayat: 
مَّن ذَا الذى يُقْرِضُ الله قَرْضًا حَسَنًا                                                                                  
Artinya: Barangsiapa yang mau meminjamkan kepada Allah dengan pinjaman yang baik.(Al-Baqarah : 245)
Mereka memahami bahwa Allah itu fakir, sehingga Allah membutuhkan pinjaman harta dari hambanya. Mereka segaja menghina Allah, tidak mau memahami maksud sebenarnya ayat tersebut. Padahal maksud dari ayat tersebut adalah hasungan untuk memperbanyak sedekah sehingga pahalanya akan dilipat gandakan oleh Allah. Justru ayat tersebut menunjukkan kemaha kayaannya Allah yang tidak terbatas. Karena Allah akan memberi balasan kepada hambanya dengan balasan yang berlipat-lipat dan tanpa batas.
Dalam harta yang dikaruniakan oleh Allah kepada hambanya ada hak orang lain yang harus dikeluarkan. Kekikiran tidak akan memabawa kebaikan kepada seseorang baik di dunia maupun di akhirat. Termasuk kikir adalah tidak mau mengeluarkan kewajiban zakat atas harta yang telah diwajibkan oleh Allah. Diantara ancaman yang dijanjikan Allah kepada orang bakhil adalah:
Dari Abu Hurairah, dia berkata: Rasulullah SAW Bersabda: Barangsiapa yang diberi oleh Allah harta, tetapi dia tidak menunaikan zakat harta tadi, besok di hari kiamat harta tadi akan dijadikan ular botak dan mempunyai dua tanduk yang melilitnya. Ular tadi mencaploknya dengan geraham dan berkata: akulah hartamu (dulu yang tidak kau keluarkan zakatanya). (HR. Bukhari)
Dari hadits di atas kita ketahui, bahwa harta yang tidak dizakati akan menjadi ular yang melilit orang yang tidak mengeluarkan zakatnya. Sebagian ulama yang mengatakan bahwa ini hanya permisalan kepedihan adzab saja. Tetapi ada juga yang berpendapat bahwa harta tersebut secara hakiki berubah jadi ular yang melilit orang yang tak mengeluarkan zakat. Terlepas dari perbedaan pendapat itu, yang jelas bahwa harta yang tidak ditunaikan zakatnya akan menyiksa pemiliknya sendiri di neraka.
Sebagaimana Al-kisah di zaman Rasulullah SAW, hiduplah seorang sahabat yang sangat miskin. Rasulullah mengenalnya sebagai seorang pribadi yang unik. Mengapa?Karena tiap kali ia melakukan shalat berjamaah bersama dengan Rasulullah dan para sahabat, tepat setelah rasulullah mengucapkan salam ke kanan dan ke kiri (tanda rangkaian shalat usai) maka ia segera bergegas pergi meninggalkan masjid dan segera pulang ke rumah. Demikian yang terjadi berulangkali.       
Suatu ketika Rasulullah bertanya kepada Sa’labah, ”Wahai Sa’labah, mengapa tiap kali aku selesai mengucapkan salam engkau segera bangkit dan bergegas pulang ke rumah?”. Sa’labah pun menjawab, “Betul, wahai Rasulullah.. Aku bergegas pulang karena aku khawatir bila aku tidak bergegas pulang, maka istriku di rumah akan terlambat shalat. Karena ini kain kami satu-satunya, maka kami bergantian memakainya untuk shalat...”. Ternyata, terlampau miskinnya Sa’labah sehingga ia hanya memiliki satu kain yang dipakai bergantian dengan istrinya.            .
Hingga tibalah suatu hari.. Sesampainya di rumah, Sa’labah mendapati istrinya yang telah begitu lama menemaninya dalam kemiskinan memiliki sebuah gagasan cemerlang untuk melepaskan kehidupan mereka dari belenggu kemiskinan.                            
“Wahai suamiku, kita telah begitu lama berada dalam kemiskinan..” ungkap istrinya. Sang istri pun melanjutkan, “Aku memiliki sebuah gagasan untuk membuat kita terlepas dari kemiskinan!”. Mendengar ungkapan Sang istri, Sa’labah pun bertanya, “Wahai istriku, katakanlah gagasan apa yang engkau miliki?”. Sang istri menjawab, “Bagaimana kalau kita meminta Rasulullah untuk mendoakan agar kita diberikan kelapangan rizki oleh Allah? Doa beliau pasti makbul..”.                                   
Maka, Sa’labah pun menyetujui usulan istrinya tersebut. Saat berjumpa dengan Rasulullah, ia pun segera mengutarakan keinginannya untuk meminta do’a dari Rasulullah. Rasulullah pun menjawab, “Wahai Sa’labah.. Aku khawatir apabila Allah memberikan kepadamu kelapangan rizki, kamu akan menjauh dari Allah!”. Cepat-cepat Sa’labah merespon, “Tidak wahai Rasulullah.. justru ketika aku kaya, maka Aku akan menjadi lebih dekat kepada Allah SWT”. Namun, Rasulullah memutuskan untuk tidak memenuhi permintaan Sa’labah pada kali pertama ini.            
Sa’labah tidak menyerah. Berkali-kali ia mencoba meyakinkan Rasulullah bahwa kekayaan dunia tidak akan membuatnya lupa diri dan melupakan kedekatannya kepada Allah. Hingga pada kali kelima, Rasulullah pun akhirnya luluh juga. Maka beliau pun berdoa agar Allah memberikan kelapangan dan kemurahan rizki kepada Sa’labah. Sebelum pulang, Rasulullah pun menghadiahkan Sa’labah seekor kambing.
Tidak lama berselang, Allah pun mengabulkan doa Rasulullah. Dengan modal seekor kambing yang diberikan Rasulullah, Sa’labah kini telah menjadi seorang yang kaya raya. Ia berhasil memiliki ratusan kambing. Namun, wajah Sa’labah semakin hari semakin jarang terlihat di antara barisan shalat berjamaah yang Rasulullah pimpin. Hingga akhirnya tidak pernah terlihat kembali.
Maka, Rasulullah pun bertanya kepada para sahabat, “Wahai Fulan, kemana perginya Sa’labah?Mengapa ia kini tidak pernah terlihat hadir dalam shalat berjamaah?. Maka seorang sahabat pun menjawab, “Sa’labah sedang sibuk menggembalakan kambingnya di sebuah tempat yang jauh. mungkin karena itulah ia tidak sempat untuk datang kemari”.
Beberapa saat kemudian, turunlah perintah Allah untuk berzakat. Namun, ternyata apa yang dikhawatirkan Rasulullah dahulu betul-betul terjadi. Sa’labah telah lupa diri, dan ia termasuk orang yang menolak untuk mengeluarkan zakat dari harta yang ia miliki.
Naudzubillah min dzaalik.
Hikmah yang dapat saya ambil dari pelajaran diatas yaitu:
  • Melatih kita untuk mengorbankan harta kita dijalan Allah
  • Agar kita tidak sombong dengan harta yang kita miliki
  • Memberikan bimbingan bahwa harta benda hanyalah bayangan fatamorgana
  • Kita sadar bahwa didalam harta yang dimiliki itu terdapat hak-hak orang-orang miskin
H.    Kesimpulan
Akhirnya makalah ini bisa saya selesaikan, maka dengan itu saya mengambil kesimpulan bahwa mereka orang-orang munafik sangat sombong dengan harta yang mereka miliki dan harta yang mereka miliki itu menurut mereka hasil jerih payah sendiri, tidak di beri oleh Allah karena mereka menyatakan bahwa Allah miskin dan Allah-lah yang meminta kepada mereka (berdasarkan surat Al-Imran: 181. Karena mereka berdalil juga dengan surat al-Baqarah ayat 245 yang bunyinya :
“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah),…dan Allah mencatat atas perbuatan mereka dan dengan kebakhilan atas hartanya Allah akan mengalungkan harta dilehernya di hari kiamat nanti.

DAFTAR PUSTAKA


Al-Maragi, Ahmad Mustafa. 1986. Terjemah Tafsir Al –Maragi. Semarang: CV. Toha Putra Semarang
Mahali, A. Mujab. 2002. Asbabun Nuzul Study Pendalaman Al-Qur’an. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada
Muslim Explorer 7 (V.2007)
Reza-Fathur. 2010. “Salabah-Kah-Kita?” (online), diakses tanggal 23 november 2011

.